Tahun Baru Tanpa Kembang Api di China
Perayaan tahun baru identik dengan pesta kembang api seluas dunia. Dampaknya, polusi udara meningkat drastis setiap kita memasuki awal tahun. Menyadari hal ini, beberapa kota di China mengumumkan tak akan ada kembang api 31 Desember malam nanti.
Dikutip dari xinhua, ecns.cn, Kota Wuhan menegaskan pembatalan pesta kembang api mengingat polusi udara di kota tersebut semakin parah dalam sebulan terakhir. Sementara Beijing masih melihat perkembangan. Bila memungkinkan, bahkan pertunjukan kembang api bisa dihapus saat masyarakat China merayakan imlek 31 Januari mendatang.
Masyarakat menyambut baik kebijakan ini, walau terjadi dilema. Sudah menjadi tradisi selalu menyalakan kembang api saat tahun baru China, ini merupakan simbol mengusir roh-roh jahat dan menghindar kesialan di tahun berikut.
Kembang api mengandung berbagai polutan logam, selain belerang. Misalnya barium digunakan untuk menghasilkan warna hijau, dioxin penghasil warna biru, serta berbagai komponen seperti kadmium, lithium, rubidin, timbal, dan lainnya.
Berbagai logam berat dalam kembang api disinyalir meningkatkan resiko penyakit. Dioxin misalnya, jadi pencetus kanker.
Menurut The Ecologist, saat perayaan memasuki babak baru milenium tahun 2000 silam terjadi pencemaran terparah seluas dunia. Karena pesta kembang api dirayakan di semua negara, maka atmosfir bumi penuh senyawa sulfur karsinogenik dan arsenik.
Sebenarnya ada teknologi kembang api baru yang dipelopori Walt Disney Company menggunakan bahan lebih ramah lingkungan. Tapi prakteknya tak semudah harapan. Perkara paten memunculkan debat baru soal monopoli produksi. Harganya pun relatif masih mahal.
Untuk produsen kembang api rumahan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia tampaknya masih tetap dalam lingkaran setan yang sama.
Masyarakat luas menginginkan keceriaan saat pergantian tahun, jalan termurah menggunakan kembang api. Produsen diuntungkan, masyarakat juga bahagia. Perkara lingkungan masih di nomor buncit.
Pilihan lain yang sebenarnya bisa dikembangkan adalah penggunaan laser. Teknologi ini relatif jauh lebih aman dari polusi udara. Kita masih bisa tertawa bahagia melihat langit malam penuh warna saat jam jatuh di angka 0:00:00 tanpa kuatir oleh polusi serta resiko penyakit di kemudian hari.
Sumber:
ecns.cn
environment
Foto: swide.com
Dikutip dari xinhua, ecns.cn, Kota Wuhan menegaskan pembatalan pesta kembang api mengingat polusi udara di kota tersebut semakin parah dalam sebulan terakhir. Sementara Beijing masih melihat perkembangan. Bila memungkinkan, bahkan pertunjukan kembang api bisa dihapus saat masyarakat China merayakan imlek 31 Januari mendatang.
Masyarakat menyambut baik kebijakan ini, walau terjadi dilema. Sudah menjadi tradisi selalu menyalakan kembang api saat tahun baru China, ini merupakan simbol mengusir roh-roh jahat dan menghindar kesialan di tahun berikut.
Kembang api mengandung berbagai polutan logam, selain belerang. Misalnya barium digunakan untuk menghasilkan warna hijau, dioxin penghasil warna biru, serta berbagai komponen seperti kadmium, lithium, rubidin, timbal, dan lainnya.
Berbagai logam berat dalam kembang api disinyalir meningkatkan resiko penyakit. Dioxin misalnya, jadi pencetus kanker.
Menurut The Ecologist, saat perayaan memasuki babak baru milenium tahun 2000 silam terjadi pencemaran terparah seluas dunia. Karena pesta kembang api dirayakan di semua negara, maka atmosfir bumi penuh senyawa sulfur karsinogenik dan arsenik.
Sebenarnya ada teknologi kembang api baru yang dipelopori Walt Disney Company menggunakan bahan lebih ramah lingkungan. Tapi prakteknya tak semudah harapan. Perkara paten memunculkan debat baru soal monopoli produksi. Harganya pun relatif masih mahal.
Untuk produsen kembang api rumahan di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia tampaknya masih tetap dalam lingkaran setan yang sama.
Masyarakat luas menginginkan keceriaan saat pergantian tahun, jalan termurah menggunakan kembang api. Produsen diuntungkan, masyarakat juga bahagia. Perkara lingkungan masih di nomor buncit.
Pilihan lain yang sebenarnya bisa dikembangkan adalah penggunaan laser. Teknologi ini relatif jauh lebih aman dari polusi udara. Kita masih bisa tertawa bahagia melihat langit malam penuh warna saat jam jatuh di angka 0:00:00 tanpa kuatir oleh polusi serta resiko penyakit di kemudian hari.
Sumber:
ecns.cn
environment
Posting Komentar
Posting Komentar